Selasa, 19 November 2013

Bagi saya pemilih pemula adalah pemilih yang hanya belum resmi memiliki hak untuk memilih calon pimpinan di semua level yang diselenggarakan oleh komisi pemilihan umum. Belum resmi memilih bukan berarti kebanyakan dari mereka blank sama sekali tentang mekanisme pemilihan yang ada. Apalagi sekarang ini, sudah banyak informasi yang bergulir di sosial media dan lain sebagainya. Namun bagi mereka yang pro aktif terhadap informasi yang terus menyebar, menyelinap di timeline dan media lainnya, akan tidak kaget siapa dan bagaimana cara memilih serta alasan yang kuat untuk memilih atau untuk tidak memilih.

 Pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh rakyat Indonesia. Mengaku berwarganegara Indonesia, namun acuh tak acuh dalam partisipasi pemilu, sebenarnya mereka tidak layak tinggal dan bernaung dalam bangsa yang besar ini. Begitu banyak alasan dan keyakinan untuk tidak memilih atau golput. Baik golput secara teknis atau non teknis. Golput secara teknis, seperti halnya, kesibukan dan ketidakberdayaan untuk hadir dan datang ke TPS yang telah disediakan. Dalam hati sebenarnya mereka ingin sekali memilih, namun apalah daya, keberadaan diri mereka serta kekuatan langkah kaki tak menjawab keinginan untuk memilih. Sebagai contoh, ketika mereka sedang jauh dari tempat tinggal atau di luar Indonesia, atau sakit dan sebagainya.

 Pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh rakyat Indonesia. Mengaku berwarganegara Indonesia, namun acuh tak acuh dalam partisipasi pemilu, sebenarnya mereka tidak layak tinggal dan bernaung dalam bangsa yang besar ini. Begitu banyak alasan dan keyakinan untuk tidak memilih atau golput. Baik golput secara teknis atau non teknis. Golput secara teknis, seperti halnya, kesibukan dan ketidakberdayaan untuk hadir dan datang ke TPS yang telah disediakan. Dalam hati sebenarnya mereka ingin sekali memilih, namun apalah daya, keberadaan diri mereka serta kekuatan langkah kaki tak menjawab keinginan untuk memilih. Sebagai contoh, ketika mereka sedang jauh dari tempat tinggal atau di luar Indonesia, atau sakit dan sebagainya.

 Golput atau tidak memilih karena menganggap pemilu tidak memberikan apa-apa adalah mental ‘karatan’ dan mental yang harus ditinggalkan. Jiwa pamrih yang selalu lekat dalam benak banyak pemilih pemula harus dibersihkan. Ketika hal ini dipertahankan, mau sampai kapan cita-cita bangsa terwujud?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar